|
Jalaludin Ar-Rumi dengan Tarekat Maulawiyah |
Berikut merupakan karya sang Maestro Sufi Mistisme yang menjadi legenda hingga saat ini, tidak lain adalah Jalaludin Ar-Arumi atau lebih dikenal dengan sebutan Rumi, dibawah ini merupakan cuplikan beberapa bait kata yang disandur dari kitab-kitabnya diantaranya yaitu Masnavi, Esential of Rumi dsb.
Aku bukanlah orang Nasrani, Aku bukanlah orang Yahudi, Aku bukanlah orang
Majusi, dan Aku bukanlah orang Islam. Keluarlah, lampaui gagasan sempitmu
tentang benar dan salah. Sehingga kita dapat bertemu pada “Suatu Ruang Murni”
tanpa dibatasi berbagai prasangka atau pikiran yang gelisah.
Di dalam cahaya-Mu aku belajar mencintai. Di dalam keindahan-Mu aku belajar
menulis puisi. Kau senantiasa menari di dalam hatiku, meski tak seorang pun
melihat-Mu, dan terkadang aku pun ikut menari bersama-Mu. Dan “ Penglihatan
Agung” inilah yang menjadi inti dari seniku.
Hakikat Yang Maha Pengasih hadir secara langsung laksana sinar matahari yang
menerangi bumi. Namun, kasih-Nya tidaklah berasal dari berbagai bentuk yang ada
di bumi. Kasih-Nya melampaui setiap bentuk yang ada di bumi, sebab bumi ini dan
segala isinya tercipta sebagai perwujudan dari kasih-Nya.
Jika kau ingin melihat wajah-Nya, maka tengoklah pada wajah sahabatmu tercinta.
Sekian lama aku berteriak memanggil nama-Mu sambil terus-menerus mengetuk pintu
rumah-Mu. Ketika pintu itu terbuka, aku pun terhenyak dan mulai menyadari
sesungguhnya selama ini aku telah mengetuk pintu dari dalam rumahku sendiri.
Demi Allah, ketika kau melihat Jatidirimu sebagai Yang Maha Indah, maka kau pun
akan menyembah dirimu sendiri.
Di mana saja kau berada, apa pun keadaanmu, cobalah selalu menjadi seorang
pecinta yang senantiasa dimabuk oleh kasih-Nya. Sekali kau dikuasai oleh
kasih-Nya, maka kau akan hidup menjadi seorang pecinta yang hidup bagaikan
dalam pusara. Dan kau akan tetap hidup hingga hari kebangkitan itu tiba, lantas
kau pun akan dibawa ke dalam surga dan hidup kekal selamanya. Namun, jika kau
belum menjadi seorang pecinta, maka pada hari pembalasan seluruh pahalamu tidak
akan dihitung.
Pada Hari Kebangkitan, orang-orang akan berjalan sempoyongan. Di depan-Mu,
mereka akan menggigil dengan wajah pucat karena ketakutan. Maka, aku akan
memeluk kasih-Mu dan berkata kepada mereka: “Mintalah apa pun; mintalah atas
namaku.”
Ketika aku mati sebagai manusia, maka para malaikat akan datang dan mengajakku
terbang ke langit tertinggi. Dan ketika aku mati sebagai malaikat, maka siapa
yang akan mendatangiku? Kau tak akan pernah dapat membayangkannya!
Hari ini, seperti hari lainnya, kita terjaga dengan perasaan hampa dan
ketakutan. Namun, janganlah tergesa melarikan diri dari kenyataan pahit ini
dengan pergi berdoa atau membaca kitab suci. Lepaskan semua tindakan mekanis
yang berasal ketaksadaran diri. Biarkan keindahan Sang Kekasih menjelma dalam
setiap tindakan kita. Ada beratus jalan untuk berlutut dan bersujud kepada-Nya.
Diamlah! Cinta adalah sebutir permata yang tak bisa kaulemparkan sembarangan
seperti sebutir batu.
“Mintalah sesuatu kepada-Ku,” begitu Kau berkata suatu ketika. Aku tertawa dan
berkata: “Aku telah cukup bersama-Mu. Tanpa kehadiran-Mu, seluruh dunia ini
hanyalah sebatang kayu yang mengapung dan terombang-ambing di samudera-Mu.”
Yakinlah, di Jalan-Cinta itu: Tuhan akan selalu bersama-Mu.
Tak ada pilihan lain bagi jiwa, selain untuk mengasihi. Namun, pertama kali
jiwa harus merangkak dan merayap di antara kaki para pecinta. Hanya para
pecinta yang dapat lepas dari perangkap dunia dan akhirat. Hanya hati yang
dipenuhi dengan cinta yang dapat menjangkau langit tertinggi. Bunga mawar
kemuliaan hanya dapat bersemi di dalam hati para pecinta.
Segalanya yang kau lihat mempunyai akarnya di dalam dunia yang tak terlihat.
Bentuk akan berubah, namun intisarinya tetaplah sama.
Ketika sedih, aku bersinar bagaikan bintang pagi. Ketika patah hati, hakekatku
justru tersingkap sendiri. Ketika aku diam dan tenang seperti bumi, tangisku
bagaikan guntur yang menggigilkan surga di langit tertinggi.
Hati manusia selalu terbuka dan dapat menerima segalanya: semua yang baik dan
buruk menjadi bagian dari Sufi.
Aku kehilangan duniaku, ketenaranku, dan pikiranku. Ketika matahari terbit,
maka semua bayang-bayang lenyap. Aku berlari mendahului bayang-bayang tubuhku
yang lenyap saat aku berlari. Namun, cahaya matahari itu berlari mendahuluiku
dan memburuku, hingga aku pun terjatuh dan bersujud pasrah ditelan samudera
kilau-Nya yang mempesona.
Aku ingin melihat wajah-Mu pada sebatang pohon, pada matahari pagi, dan pada
langit yang tanpa warna.
Karena Cinta segalanya menjadi ada. Dan hanya karena Cinta pula, maka ketiadaan
nampak sebagai keberadaan.
Badan ini hanyalah suatu cermin surga. Energinya membuat para malaikat cemburu.
Kemurniannya membuat malaikat Seraphim terkejut. Dan Iblis yang berdiam di
urat-urat syarafmu pun menggigil takut.
Kau lebih mahal dibanding surga dan bumi. Apa yang bisa kukatakan lagi? Kau tak
mengetahui bahwa selama ini segala yang berharga telah menjadi milikmu.
Janganlah menjual dirimu dengan harga murah, sesungguhnya dirimu sangatlah
mahal di mata Tuhan.
Cintaku pada-Nya adalah hakikat jiwaku. Hidupku adalah gelora yang selalu
merindukan-Nya. Aku hidup seperti seorang gipsi pengembara, aku tak pernah
menetap di tempat yang sama, namun setiap malam aku selalu bernyanyi dan menari
ditemani bintang-bintang di bawah langit yang sama.
Kematianku adalah perkawinanku dengan keabadian.
Meski aku terbakar habis, namun aku tetap tertawa, karena abuku masih tetap
hidup! Aku telah mati ribuan kali: namun abuku selalu menari dan lahir kembali
dengan ribuan wajah baru.
Di gurun pasir tanpa batas, aku kehilangan jiwaku, dan menemukan bunga mawar
ini.
Aku telah melihat wajah mulia Sang Raja. Dia adalah mata dan matahari surga.
Dia adalah teman seperjalanan dan penyembuh semua mahluk. Dia adalah jiwa dan
alam semesta yang melahirkan jiwa-jiwa. Dia menganugerahkan kebijaksanaan pada
kebijaksanaan, kemurnian pada kemurnian. Dia adalah tikar sembahyang bagi jiwa
orang-orang suci. Setiap atom di tubuhku berlompatan sambil menangis dan
berkata: “Terpujilah Tuhan.”
Apapun juga yang mereka katakan atau pikirkan, aku tetap ada di dalam Kau,
karena aku adalah Kau. Tak seorang pun dapat memahami hal ini, sampai ia mampu
melampaui pikirannya.
Jika kau dapat bertemu dengan Jatidirimu meski hanya sekali, maka rahasia dari
segala rahasia akan terbuka bagimu. Wajah dari Yang Maha Tersembunyi, yang ada
di luar alam semesta ini, akan nampak pada cermin persepsimu.
Setiap penglihatan tentang keindahan akan lenyap. Setiap perkataan yang manis
akan memudar. Namun, janganlah kau berputus asa, karena mereka semua datang
dari sumber yang sama, dari Keabadian. Masukilah Keabadian itu, maka kau akan
melihat segala sesuatu tumbuh dan berkembang, memberi hidup baru dan
kegembiraan baru bagimu.
Ayat-ayat Tuhan itu tersimpan di hati langit yang paling rahasia. Suatu hari,
seperti hujan, ayat-ayat Tuhan itu akan jatuh dan menyebar, sehingga misteri
Keilahian akan tumbuh menghijau di seluruh dunia.
Jika kau berputar mengelilingi matahari, maka kau pun akan menjadi matahari.
Jika kau berputar mengelilingi seorang Guru, maka kau pun akan bersatu
dengan-Nya. Kau akan menjadi sebutir permata, jika kau menari mengelilingi-Ku.
Dan kau akan berkelip seperti emas, jika kau menari mengelilingi-Nya.
Kau hanya memerlukan aroma anggur, karena makrifat akan menyala dengan
sendirinya dari kesunyian hatimu setelah mencium aroma anggur itu, seperti juga
nyala api akan tersilap dan berkobar dari aroma anggur! Bayangkan jika kau
adalah anggur itu sendiri.
Sufi adalah seorang lelaki atau seorang perempuan yang telah patah hati
terhadap dunia.
Kekasih, beri aku kesempatan untuk selalu mengetahui bagaimana cara
menyambut-Mu, dan sulutkanlah obor di tangan-Mu agar membakar habis rumah
ke-ego-an di dalam diriku.
Sembunyikan rahasia-Ku di dalam harta karun jiwamu. Sembunyikan perasaan
ekstase itu di dalam dirimu. Jika kau menemukan Aku, maka sembunyikan Aku di
dalam hatimu. Sadarilah kemabukan ini sebagai Kebenaran Mutlak!
Ingatlah bahwa Nabi Muhammad pernah berkata: “Satu penglihatan tentang-Nya
adalah suatu berkah yang tak terhingga.” Setiap daun dari suatu pohon membawa
suatu firman dari dunia yang tak terlihat. Lihatlah, tiap-tiap daun yang jatuh
ke tanah sebagai suatu berkah dari-Nya. Segala sesuatu di alam ini senantiasa
menari dalam harmoni, bernyanyi tanpa lidah, dan mendengar tanpa telinga, ya,
semua itu adalah berkah yang tak terhingga dari-Nya.
Isi aku
dengan anggur dari sunyi-Mu, biarkan anggur itu merendam pori-poriku, hingga
Keindahan dari Yang Maha Agung akan terungkap bagiku. Inilah arti berkah
bagiku!
Jika kau mendefinisikan dan membatasi “Aku” dengan berbagai konsepmu, maka kau
akan kelaparan dengan dirimu sendiri. Lalu “Aku” pun akan jatuh ke dalam suatu
kotak yang terbuat dari kata-kata, dan kotak itu adalah peti mayatmu sendiri.
Aku tidak tahu siapa sebenarnya “Aku”. Tetapi, ketika aku berjalan ke dalam
diriku sendiri, maka aku pun terkejut: ternyata “Aku” adalah suara milik-Mu,
gema yang terpantul dari “Dinding-Keilahian”.
Jatidiri kita adalah Cahaya. Cinta-Ilahi adalah Matahari-Keagungan. Sinar-Nya
adalah firman. Dan mahluk adalah bayang-bayang-Nya.
Perkecillah dirimu, maka kau akan tumbuh lebih besar dari dunia. Tiadakan
dirimu, maka Jatidirimu akan terungkap tanpa kata-kata.
Ketika kami mati, jangan cari pusara kami di bumi. Tetapi, temukan di dalam
hati para pecinta.
Ketika pikiran dilampaui, maka keindahan cinta pun datang menghampiri, berjalan
dengan anggun, serta membawa secangkir anggur di tangannya. Ketika cinta
dilampaui, maka Yang Maha Esa pun datang menghampiri – Ia adalah Zat yang tak
dapat diuraikan dengan kata-kata dan hanya bisa disebut sebagai “Itu”.
Setiap orang yang tinggal jauh dari sumber-Nya, dari Jatidirinya, maka ia akan
selalu rindu untuk kembali ke masa ketika ia masih dipersatukan dengan-Nya.
Surga dibuat dari asap hati yang terbakar habis. Dan orang yang diberkahi oleh
Tuhan adalah orang yang hatinya telah terbakar habis.
Awan-awan berada dalam keheningan meski penuh dengan berjuta kilat. Cinta akan
memberi kelahiran baru bagi para filsuf berkepala batu. Jiwaku adalah ombak di
dalam samudera kemuliaan-Mu. Dan di dalam keheningan: alam semesta beserta
segala isinya tenggelam di dasar samudera kemuliaan-Mu.
Manusia ibarat suatu pesanggrahan. Setiap pagi selalu saja ada tamu baru yang
datang: kegembiraan, kesedihan, ataupun keburukan; lalu kesadaran sesaat datang
sebagai suatu pengunjung yang tak diduga. Sambut dan hibur mereka semua,
sekalipun mereka semua hanya membawa dukacita. Sambut dan hibur mereka semua,
sekalipun mereka semua dengan kasar menyapu dan mengosongkan isi rumahmu.
Perlakukan setiap tamu dengan hormat, sebab mereka semua mungkin adalah para
utusan Tuhan yang akan mengisi rumahmu dengan beberapa kesenangan baru. Jika
kau bertemu dengan pikiran yang gelap, atau kedengkian, atau beberapa prasangka
yang memalukan, maka tertawalah bersama mereka dan undanglah mereka masuk ke
dalam rumahmu. Berterimakasihlah untuk setiap tamu yang datang ke rumahmu,
sebab mereka telah dikirim oleh-Nya sebagai pemandumu.
Saat kau datang ke dunia ini, suatu tangga telah ditempatkan di depanmu, dan
tangga itu akan mengantarmu kepada-Nya. Dari bumi ini, kau pun naik menjadi
tumbuhan. Dari tumbuhan kau pun naik menjadi hewan. Setelah itu kau pun naik
menjadi manusia – mahluk yang mewarisi pengetahuan melalui akal dan iman.
Lihatlah, tubuhmu merupakan turunan dari debu, tetapi bagaimana bisa tubuhmu
menjadi begitu sempurna? Lalu, mengapa kau takut dengan kematian? Ketika kau
berhasil melampaui bentuk manusia ini, maka tak diragukan lagi kau akan menjadi
malaikat dan membumbung melampaui lapisan-lapisan langit tertinggi. Tetapi,
janganlah berhenti di sana, bahkan badan surgawimu itu akan tetap tumbuh
menjadi tua, lampaui lagi surga itu dan melompatlah ke dalam “Samudera
Kesadaran Yang Maha Luas”. Biarkan dirimu – yang bagaikan setetes air itu –
menjelma menjadi seratus samudera. Tetapi, jangan berpikir bahwa hanya setetes
air itulah yang telah menjelma menjadi samudera, sebab samudera juga telah
menjelma menjadi setetes air.
Sssttt! Diamlah! Dengarkan suara dalam dirimu. Ingatlah firman pertama-Nya:
“Kita melampaui setiap kata.”