|
Melasti Umat Hindu Bongso Wetan |
Sebelumnya Selamat Hari Raya Nyepi Tahun Saka 1938, “Rahajeng Nyanggra
Rahina Nyepi” kata orang Bali dan “Selamat Arayaagi Nyepi” kata orang Madura, Nyepi merupakan Hari Raya
bagi umat Hindu, Nyepi berasal dari kata sepi, sunyi atau senyap. Tujuan Nyepi
adalah memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa (Sang Hyang Widhi) untuk menyucikan Bhuana
Alit (alam manusia) dan Bhuana Agung
(alam semesta).
Sebelum Nyepi terdapat beberapa upacara yang harus dipenuhi diantaranya
:
- Melasti
- Tawur
- Pengerupukan
Dimana Melasti adalah serangkaian ritual penyucian segala sarana peribadatan
yang ada di pura diarak dan disucikan di laut atau danau, karena laut atau danau
merupakan sumber mata air suci yang bisa membersihkan segala “kotor” di dalam
diri manusia dan alam.
Kemudian Tawur dilakukan sehari sebelum Nyepi dimana Tawur merupakan
bagian dari Upacara Buta Yadnya yaitu upacara penempatan Caru atau Tawur,
bentuk dari Caru atau Tawur sendiri berupa sesajian yang kemudian ditempatkan
di keluarga (rumah), desa (pura pusat desa), kecamatan (pura pusat di kecamatan)
sampai seterusnya hirarki tertinggi
dalam adat dan pemerintahan, dalam tawur sendiri ada tatacara sendiri
yang dipenuhi diantaranya caru (sesajian) harus terdiri dari nasi manca atau
nasi lima warna yang berjumlah 9 berpasangan dengan ayam brumbun atau ayam
dengan bumbu berbeda, biasanya juga disertai tuak (tidak diwajibkan, jika ada
silahkan diimbuhi). Tawur sendiri bertujuan untuk memohon kepada Sang Buta
Raja, Buta Kala dan Batara Kala supaya mereka tidak menganggu umat dalam
merayakan Nyepi atau Tapa Brata.
Selesai Mecaru atau Tawur adalagi satu upacara lagi yaitu upacara Pengerupukan yaitu menyebar-nyebar nasi tawur tadi di pekarangan rumah,
memercikkan air suci bahkan mengobori (menyalakan obor) pekarangan rumah,
serangkaian upacara ini dilakukan untuk mngusir Buta Kala dari lingkungan rumah
dan pekarangan, biasanya di Bali atau ditempat lainnya membakar Ogoh-ogoh yaitu
boneka yang berbentuk raksasa, diarak kemudian dibakar di tanah lapang,
bertujuan untuk mengusir serta membuat takut Buta Kala untuk menganggu.
Pada puncak acara Nyepi umat hindu melaksanakan Catur Brata, dalam Catur
Brata terdapat beberapa pantangan diantaranya tidak boleh menghidupkan api atau
lampu, tidak boleh bekerja atau beraktivitas, tidak boleh bepergian dan tidak
boleh mendengarkan musik ataupun segala sesuatu yang bermaksud menghibur.
Diatas merupakan sekilas mengenai Nyepi, Nah saat ini kita akan membahas
“Apakah Ada Nyepi di Madura ?”, ketika kita mendengar kata Madura tentunya kita
langsung tertuju kepada sosok yang kolot dan fanatik dalam beragama dan agama
yang dianut oleh sebagian besar masyarakat Madura adalah Islam.
|
Menggunakan Baju Pesa'an dalam Pawai Ogoh-ogoh |
Namun kita jangan salah, ada salah satu Etnis Madura yang memeluk Agama Hindu, mereka terkenal dengan sebutan Umat Hindu Bongso Wetan, walau bukan
letak di Madura tetapi mereka adalah orang Madura asli yang dalam keseharian
menggunakan bahasa Madura, namun mereka menetap di daerah pantai timur Kota Gresik tepatnya di Dusun Bongso Wetan, Desa Pengalangan, Kecamatan Menganti, Kabupaten Gresik, kira-kira sekitar 30-45
menitan dari Pelabuhan Gili Anyar, Kamal, Bangkalan dengan jarak tempuh cukup dekat dengan
menggunakan perahu nelayan.
Untuk perayaan hari-hari raya dalam Hindu seperti Nyepi, Sarasvati
mereka sama melaksanakan seperti Umat Hindu di Bali, seperti yang diulas
panjang lebar diatas mereka-pun juga melaksanakan serangkaian upacara-upacara
seperti diatas, umat hindu di Bongso Wetan adalah masyarakat Madura yang
menetap di daerah tersebut, karena berdampingan dengan Budaya Jawa maka
terjadilah akulturasi antara Budaya Jawa dan Madura, sebagian besar dari mereka
adalah bermata pencaharian petani, keunikan dari warga dusun Bongso Wetan ini
adalah sikap toleransi yang besar terhadap penduduk sekitar penganut Agama Islam
dan rasa tolong menolong antar umat beragama misal ketika Nyepi penduduk
sekitar menghargai Umat Hindu Bongso Wetan dengan tidak membunyikan pengeras
suara di musholla maupun di masjid dan ketika Idul Fitri Umat Hindu Bongso Wetan turut menjaga keamanan disekitar masjid dan terbuka untuk warga sekitar
untuk silaturahmi kerumahnya.
|
Pura Kertabumi Bongso Wetan |
Yang menjadi daya tarik dari Umat Hindu Bongso Wetan ini, mereka
mempunyai Pura sendiri yaitu Pura Kertabumi, Pura ini menjadi daya tarik
pariwisata bagi wisatawan yang hendak berkunjung ke daerah Meganti, acara rutin
tahunan pura ini yaitu pagelaran ludruk, wayang dan pawai Ogoh-ogoh yang
menjadi daya tarik bagi masyarakat sekitar maupun wisatawan yang berkunjung ke
pura ini.
Inilah menjadi salah satu bentuk bukti bahwa Masyarakat Madura adalah
Masyarakat yang cinta damai, memeiliki toleransi tinggi dan mudah beradaptasi
dimanapun dan kapanpun berada, Salam Setthong Madureh !