Metalografi |
Metalografi adalah suatu cara mempersiapkan material untuk
mengukur, dengan secara kuantitatif maupun kualitatif dari segala hal yang
terdapat dalam material yang dapat diamati tersebut, seperti fasa, butir,
komposisi kimia, orientasi butir, jarak atom, dislokasi, topografi dan
sebagainya. Secara garis besar dalam metalografi terdapat hal-hal yang dapat
dilakukan termasuk :
- Pemotongan spesimen (sectioning)
- Pembikaian (mounting)
- Penggerindaan, abrasi dan pemolesan (grinding,
abrasion and polishing)
- Pengetsaan (etching)
- Observasi pada mikroskop optik
Pada metalografi, secara
umum yang akan diamati adalah dua hal yaitu macrostructure (stuktur
makro) dan microstructure (struktur mikro). Struktur makro
adalah struktur dari logam yang terlihat secara makro pada permukaan yang
dietsa dari spesimen yang telah dipoles. Sedangkan struktur mikro adalah
struktur dari sebuah permukaan logam yang telah disiapkan secara khusus yang
terlihat dengan menggunakan perbesaran minimum 25x.
a. Pemotongan (Sectioning)
Proses Pemotongan
merupakan pemindahan material dari sampel yang besar menjadi spesimen dengan
ukuran yang kecil. Pemotongan yang salah akan mengakibatkan struktur mikro yang
tidak sebenarnya karena telah mengalami perubahan.
Kerusakan pada material
pada saaat proses pemotongan tergantung pada material yang dipotong, alat yang
digunakan untuk memotong, kecepatan potong dan kecepatan makan. Pada beberapa
spesimen, kerusakan yang ditimbulkan tidak terlalu banyak dan dapat dibuang
pada saat pengamplasan dan pemolesan.
b. Pembingkaian ( Mounting)
Pembingkaian seringkali
diperlukan pada persiapan spesimen metalografi, meskipun pada beberapa spesimen
dengan ukuran yang agak besar, hal ini tidaklah mutlak. Akan tetapi untuk
bentuk yang kecil atau tidak beraturan sebaiknya dibingkai untuk memudahkan
dalam memegang spesimen pada proses pngamplasan dan pemolesan.
Sebelum melakukan
pembingkaian, pembersihan spesimen haruslah dilakukan dan dibatasi hanya dengan
perlakuan yang sederhana detail yang ingin kita lihat tidak hilang. Sebuah
perbedaan akan tampak antara bentuk permukaan fisik dan kimia yang bersih.
Kebersihan fisik secara tidak langsung bebas dari kotoran padat, minyak pelumas
dan kotoran lainnya, sedangkan kebersihan kimia bebas dari segala macam kontaminasi.
Pembersihan ini bertujuan agar hasil pembingkaian tidak retak atau pecah akibat
pengaruh kotoran yang ada.
Dalam pemilihan material
untuk pembingkaian, yang perlu diperhatikan adalah perlindungan dan
pemeliharaan terhadap spesimen. Bingkai haruslah memiliki kekerasan yang cukup,
meskipun kekerasan bukan merupakan suatu indikasi, dari karakteristik abrasif.
Material bingkai juga harus tahan terhadap distorsi fisik yang disebabkan oleh
panas selama pengamplasan, selain itu juga harus dapat melkukan penetrasi ke
dalam lubang yang kecil dan bentuk permukaan yang tidak beraturan.
c. Pengerindaan,
Pengamplasan dan Pemolesan
Pada proses ini
dilakukan penggunaan partikel abrasif tertentu yang berperan sebagai alat
pemotongan secara berulang-ulang. Pada beberapa proses, partikel-partikel
tersebut dsisatukan sehingga berbentuk blok dimana permukaan yang
ditonjolkan adalah permukan kerja. Partikel itu dilengkapi dengan partikel
abrasif yang menonjol untuk membentuk titik tajam yang sangat banyak.
Perbedaan antara
pengerindaan dan pengamplasan terletak pada batasan kecepatan dari kedua cara
tersebut. Pengerindaan adalah suatu proses yang memerlukan pergerakan permukaan
abrasif yang sangat cepat, sehingga menyebabkan timbulnya panas pada permukaan spesimen.
Sedangkan pengamplasan adalah proses untuk mereduksi suatu permukaan dengan
pergerakan permukaan abrasif yang bergerak relatif lambat sehingga panas yang
dihasilkan tidak terlalu signifikan.
Dari proses pengamplasan
yang didapat adalah timbulnya suatu sistim yang memiliki permukaan yang relatif
lebih halus atau goresan yang seragam pada permukaan spesimen. Pengamplasan
juga menghasilkan deformasi plastis lapisan permukaan spesimen yang cukup
dalam.
Proses pemolesan
menggunakan partikel abrasif yang tidak melekat kuat pada suatu bidang tapi
berada pada suatu cairan di dalam serat-serat kain. Tujuannya adalah untuk
menciptakan permukaan yang sangat halus sehingga bisa sehalus kaca
sehingga dapat memantulkan cahaya dengan baik. Pada pemolesan biasanya digunakan
pasta gigi, karena pasta gigi mengandung Zn dan Ca yang akan dapat
mengasilkan permukaan yang sangat halus. Proses untuk pemolesan hampir sama
dengan pengamplasan, tetapi pada proses pemolesan hanya menggunakan gaya yang
kecil pada abrasif, karena tekanan yang didapat diredam oleh serat-serat kain
yang menyangga partikel.
Pengetsaan (Etching)
Etsa dilakukan dalam
proses metalografi adalah untuk melihat struktur mikro dari sebuah spesimen
dengan menggunakan mikroskop optik. Spesimen yang cocok untuk proses etsa harus
mencakup daerah yang dipoles dengan hati-hati, yang bebas dari deformasi
plastis karena deformasi plastis akan mengubah struktur mikro dari spesimen
tersebut. Proses etsa untuk mendapatkan kontras dapat diklasifikasikan atas
proses etsa tidak merusak (non disctructive etching) dan proses
etsa merusak (disctructive etching).
- Etsa Tidak Merusak (Non Discructive Etching)
Etsa tidak merusak
terdiri atas etsa optik dan perantaraan kontras dari struktur dengan
pencampuran permukaan secara fisik terkumpul pada permukaan spesimen yang telah
dipoles. Pada etsa optik digunakan teknik pencahayaan khusus untuk menampilkan
struktur mikro. Beberapa metode etsa optik adalah pencahayaan gelap (dark
field illumination), polarisasi cahaya mikroskop (polarized light
microscopy) dan differential interfence contrast.
Pada penampakan kontras
dengan lapisan perantara, struktur mikro ditampilkan dengan bantuan interfensi
permukaan tanpa bantuan bahan kimia. Spesimen dilapisi dengan lapisan
transparan yang ketebalannya kecil bila dibandingkan dengan daya pemisah dari
mikroskop optik. Pada mikroskop interfensi permukaan, cahaya ynag terjadi pada
sisa-sisa film dipantulkan ke permukaan perantara spesimen.
- Etsa Merusak (Desctructive Etching)
Etsa merusak adalah
proses perusakan permukaan spesimen secara kimia agar terlihat kontras atau
perbedaan intensitas dipermukaan spesimen. Etsa merusak terbagi dua
metode yaitu etsa elektrokimia (electochemical etching) dan etsa
fisik
(phisical etching).
Pada etsa elektrokimia dapat diasumsikan korosi terpaksa, dimana terjadi
reaksim serah terima elektron akibat adanya beda potensial daerah katoda dan
anoda. Beberapa proses yang termasuk etsa elektokimia adalah etsa endapan
(precipitation etching), metode pewarnaan panas (heat tinting), etsa
kimia (chemical etching) dan etsa elektrolite (electrolytic
etching).
Pada etsa fisik
dihasilkan permukaan yang bebas dari sisa zat kimia dan menawarkan keuntungan
jika etsa elektrokimia sulit dilakukan. Etsa ion dan etsa termal adalah teknik
etsa fisik yang mengubah morfologi permukaan spesimen yang telah dipoles.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih Atas Kunjungan & Komentar Anda di Agung Blog